Penelitian yang dimuat Diabetes Medicine tersebut dilakukan para ilmuwan dari University of Gothenburg di Swedia selama 30 tahun. Ada 7.494 orang pria yang diikutsertakan dalam penelitian. Kesemua peserta diperiksa pertama kali dalam rentang waktu mulai Januari 1970 hingga Maret 1973.
Para peserta berusia 47 - 56 tahun saat pertama kali diperiksa dan dipantau hingga tahun 2008 atau sampai meninggal. Mereka juga ditanya mengenai tingkat stresnya serta diminta menilai tingkat stresnya pada skala 6 poin. Faktor kecemasan, kesulitan tidur dan masalah di tempat kerja atau di rumah juga ikut diperhitungkan.
Peneliti menemukan sebanyak 15,5 persen pria mengaku memiliki stres permanen. Stres yang berasal dari masalah di rumah atau di tempat kerja tersebut sudah berlangsung selama 1 - 5 tahun terakhir. Selama penelitian, ada 6.828 orang yang tidak memiliki riwayat penyakit arteri koroner, diabetes, atau stroke.
Setelah penelitian dimulai, sebanyak 899 orang di antara peserta tanpa riwayat penyakit akhirnya mengidap diabetes. Penelitian menemukan bahwa pria yang memiliki stres permanen memiliki kemungkinan 45 persen lebih besar terserang diabetes tipe 2 ketimbang yang stresnya sesekali saja.
"Hingga kini stres tidak diakui sebagai penyebab diabetes yang dapat dicegah. Penelitian kami menunjukkan ada hubungan antara stres permanen dan risiko diabetes. Yang kami garis bawahi adalah pentingnya tindakan pencegahan," kata peneliti, Masuma Novak seperti dilansir Counsel and Heal, Jumat (8/2/2013).
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO merekomendasikan cara terbaik untuk mencegah diabetes tipe 2 adalah dengan mempertahankan berat badan yang sehat, melakukan aktivitas fisik secara teratur dan menghindari asap rokok. Dengan adanya penelitian ini, agaknya pengelolaan stres bisa ditambahkan dalam rekomendasi.
0 comments